Article ini boleh copas.. Terimakasih untuk semua pihak yang sudah menulis article ini, saya izin share lagi yaa.. semoga bermanfaat...
Kucing, jenis mammalian yang memiliki nama latin felix silvestris
catus ini telah menjadi sahabat manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Tingkah laku nya yang manja dan menggemaskan telah mendapat tempat
dihati banyak orang.
Mitos disekitar keberadaan Kucing
Banyak
mitos yang bertebaran disetiap kehidupan kucing mulai dari memiliki 9
nyawa hingga sebagai jelmaan dewa. Seperti yan terjadi pada masa
dinasti Fir’aun 3000 tahun yang lalu, kucing amat dipuja karena
dianggap sebagai titisan dewa. Lain di Mesir lain pula di Eropa, di
dataran ini kucing dianggap sebagai sihir setan atau pembawa bencana.
Tak pelak lagi, pada masa abad kegelapan terjadi pemusnahan
besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga menyebar ke Afrika Utara.
Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu dianggap sebagai kutukan
adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan oleh meledaknya populasi
tikus dan penurunan populasi kucing sebagai predator.
Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.
Didalam perkembangan peradaban islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan islam.
Diceritakan
dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang
diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya,
di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya.
Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong
belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali
ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya.
Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut
ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.
Dalam
aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu
menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang
nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan
seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman
bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam
sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang
tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya
untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman
bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Tak hanya nabi,
istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat
menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh
si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin
Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan),
karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan
dirumahnya.
Penghormatan para tokoh islam terhadap kucing pasca wafatnya Nabi SAW.
Dalam
buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa dinasti mamluk, baybars al
zahir, seorang sultan yang juga pahlawan garis depan dalam perang
salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan
berbagai jenis makanan didalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat
istiadat di berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini,
mulai dari damaskus, istanbul hingga kairo, masih bisa kita jumpai
kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai
macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.
Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.
Pada
abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing
dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen,
patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak ragu
untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa
melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.
Seorang
Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh
bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai
melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan
malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu Bashad memberi sepotong
daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi,
setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam Ibnu Bashad
mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah
atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan
sepotong daging yang diberikan Ibnu Bashad kepada kucing lain yang buta
kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya hingga ia menjadi
seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.
Ada juga
cerita tentang seorang sufi di Iraq yang bernama Shibli, ia bermimpi
dosa-dosanya diampuni setelah menyelamatkan nyawa seekor anak kucing
dari bahaya.
Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.
Cerita yang dijadikan sebagai sauri tauladan
Salah
satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor kucing peliharaan
yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi
dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal
tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama
kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si
bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu
hingga mati dengan darah yang berceceran.
Sorenya ketika si pria
pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya.
Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak
ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak
berdosa itu.
Tak lama kemudian, ia kaget begitu melihat anaknya
terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di belakang punggung
anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya
setelah menyadari bahwa ia telah mebunuh kucing peliharaannya yang
telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi
refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk
sangka kepada siapapun.
Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?
Salah
satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu
adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi
perkembangan dunia zoologi saat ini. Salah satu isinya mengenai ilmu
medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing
sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran
suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran
tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Tak
hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai
jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat
mitos alat sihir di barat dapat terselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar