KATA
PENGANTAR
Puji dan
Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Motivasi.
Makalah
ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Jakarta, Desember
2013
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MOTIVASI
Ada beberapa pengertian motivasi
yang akan sedikit dijabarkan oleh penulis, diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, motivasi terdiri dari dua kata, yaitu motif dan aksi.
Motif sendiri memiliki arti sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan
seseorang; dasar pikiran atau pendapat; sesuatu yang jadi pokok. Sedangkan aksi
memiliki arti gerakan; perkumpulan politik; tindakan; sikap (gerak-gerik,
tingkah laku) yang dibuat-buat.
Menurut Lilik Reza (Motivator
Training), motivasi terdiri dari dua kata, yaitu motive (alasan)
dan action (beraksi). Jika digabungkan, maka akan diperoleh pengertian:
alasan untuk beraksi atau mengerjakan sesuatu.
Kata “motif”, diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, Sardiman A.M.)
Teori – Teori Motivasi :
Teori-teori
motivasi dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok :
1. Teori Petunjuk (prescriptive theories)
Mengemukakan
bagaimana memotivasi para individu. Teori ini didasarkan atas pengalaman
coba-coba
2. Teori Isi (content theories)
Berkenaan
dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab prilaku atau memusatkan pada pertanyaan
“apa” dari motivasi, terbagi menjadi tiga:
·
Teori
Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow,
Kebutuhan manusia dapat di susun
dalam suatu hirarki dari kebutuhan terendah sampai kebutuhan tertinggi. Manusia
akan di dorong untuk memenuhi kebutuhan yg paling kuat sesuai watu, keadaan,
dan pengalaman yang bersangkutan.
·
Frederick
Herzberg dengan teori motivasi pemeliharaan
Faktor-faktor penyebab kepuasan
kerja mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat kerja, dan faktor
penyebab ketidakpuasan kerja mempunyai pengaruh negatif.
·
Teori
prestasi David McCleland.
Motivasi Seorang pengusaha tidak semata-mata ingin mencapai
keuntungan demi keuntungan itu sendiri, tetapi karena dia mempunyai keinginan
yang kuat untuk berprestasi.
3. Teori Proses (process theories)
Berkenaan
dengan bagaimana prilaku dimulai dan di laksanakan atau menjelaskan aspek
“bagaimana” dari motivasi. Terbagi menjadi empat:
·
Teori
Pengharapan
Perilaku kerja karyawan dapat di
jelaskan dengan kenyataan, para karyawan menentukan terlebih dahulu apa
perilaku mereka yang dapat di jalankan dan nilai yang diperkirakan sebagai
hasil-hasil alternatif perilakunya.
·
Teori
Pembentukan Prilaku
Perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan
cenderung di ulang,sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi-konsekuensi
hukuman cenderung tidak diulang.dengan demikian perilaku individu di waktu
mendatang dapat di perkirakan atau dipelajari dari pengalaman di waktu yang
lalu.
·
Teori
Porter – Lawler
Teori pengharapan dari motivasi
dengan versi orientasi masa mendatang, dan juga menekankan antisipasi
tanggapan-tanggapan atau hasil-hasil.
·
Teori
Keadilan.
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan selalu cenderung
membandingkan antara masukan-masukan yang mereka berikan pada pekerjaannya
dalam bentuk pendidikan,pengalaman,pelatihan dan usaha,dengan hasil yang mereka
terima.
Beberapa level (tingkatan) dalam
motivasi, yaitu:
1. Level paling rendah, level Spirit.
Yaitu menghadiri AMT (Achievement Motivation Training). Kenapa level ini
dikatakan paling rendah, karena pembakaran semangat dan motivasi di level ini
hanya akan mempengaruhi peserta saat duduk dan menyimak motivasi yang diberikan
oleh trainer (pemberi motivasi), setelah itu pengaruhnya tidak akan sekuat dan
seberpengaruh saat disampaikan oleh trainer.
2. Level Mindset. Pengaturan
pada pikiran. Ini dilakukan oleh diri sendiri untuk menciptakan semangat dan
motivasi untuk diri sendiri. Level ini lebih tinggi daripada sebelumnya, karena
pada level ini kita sudah mampu mengatur apa-apa saja yang menjadi bahan bakar
semangat dan alasan untuk melakukan sesuatu.
3. Level Skill dan Job.
Kemampuan dan pekerjaan. Saat kita sudah mengetahui apa yang mampu kita lakukan
dan pengaplikasiannya dalam pekerjaan, maka kita akan secara otomatis mendapat
semangat dan alasan untuk menghasilkan yang terbaik dalam sasaran kita (job).
4. Dan level yang tertinggi adalah
Level Power (Energi). Kenapa disebut level tertinggi, karena pada level
ini, seseorang yang telah mengatur mindset-nya, mampu melaksanakan job
(pekerjaan)nya dengan baik, ia akan menjadi energy untuk yang lainnya. Artinya,
disaat energinya habis, ia tahu kapan dan bagaimana seharusnya ia mengisi ulang
energinya. Sedangkan disaat energinya sudah terisi penuh, ia mampu menyalurkan
energy untuk orang lain.
B.
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Pentingnya
peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar
dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada mahasiswa.
Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun
luar mahasiswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu
kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan
dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar mahasiswa dapat
dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin motivasi belajar yang
memadai akan mendorong mahasiswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam
kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif
terhadap kefektifan usaha belajar mahasiswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa
motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai
dalam pembelajaran sebagai berikut :
1. Motivasi menentukan tingkat
berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
2. Pembelajaran yang bermotivasi
pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan,
motif, minat yang ada pada diri siswa.
3. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut
kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari
cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi
belajar siswa.
4. Berhasil atau gagalnya dalam
membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan
dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
5. Penggunaan asas motivasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran.
Motivasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa
Dalam rumusan masalah diatas kami mengamati apakah
motivasi itu berpengaruh dalam prestasi
belajar siswa, ternyata sangat berpengaruh yaitu :
1.
Motivasi pada
umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas dengan kata
lain, motivasi dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan prestasi sehingga
melebih prestasi normal.
2.
Hasil baik dalam
pekerjaan yang disertai oleh pujian merupakan dorongan bagi seseorang untuk
bekerja dengan giat. Bila hasil pekerjaan tidak diindahkan orang lain, mungkin
kegiatan akan berkurang. Pujian harus selalu berhubungan erat dengan prestasi
yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan
hasil yang baik, sehingga padanya timbul suatu “sense of succes” atau perasaan
berhasil.
3.
Motivasi
berprestasi merupakan harapan untuk memperoleh kepuasan dalam penguasaan
perilaku yang menentang dan sulit (Mr. Clelland, 1955).
Sumber-Sumber Motivasi Belajar
Dalam rumusan tersebut juga diamati dari mana saja
sumber-sumber motivasi belajar siswa itu,
diantaranya :
1.
Motivasi
Intrinsik
yaitu motivasi
yang bersumber pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu
sendiri maupun pada diri siswa yang didorong oleh keinginan untuk mengetahui,
tanpa ada paksaan dorongan orang lain, misalnya keinginan untuk mendapat
ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap
untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada
kelompok, dan sebagai berikut.
2.
Motivasi
Ekstrinsik
yaitu motivasi yang bersumber akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Pelajar di motivasi
dengan adanya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan,
persaingan.
Model Pengukuran Motivasi
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan,
diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam)
karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
1. Memiliki tingkat tanggung
jawab pribadi yang tinggi
2. Berani mengambil dan
memikul resiko
3. Memiliki tujuan
realistik
4. Memiliki rencana
kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan
5. Memanfaatkan umpan
balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan
6. Mencari kesempatan
untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Edward Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat bahwa karakteristik
orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sesuatu
dengan sebaik-baiknya
2. Melakukan sesuatu
dengan mencapai kesuksesan
3. Menyelesaikan
tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4. Berkeinginan menjadi
orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5. Melakukan hal yang
sukar dengan hasil yang memuaskan
6. Mengerjakan sesuatu
yang sangat berarti
7. Melakukan sesuatu yang
lebih baik dari orang lain
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi bukan hanya dapat diberikan
untuk menyemangati diri sendiri atau orang di sekitar kita, tetapi juga dapat
diberikan kepada para mahasiswa dan karyawan untuk mengembangkan rasa semangat
dalam berproduktivitas. Dengan adanya motivasi baik itu berupa uang sebagai
gaji ataupun penghargaan berupa penganggapan terhadap apa yang terlah dicapai
oleh seorang mahasiswa dalam belajar dan karyawan dalam pekerjaannya.
Dengan
adanya motivasi yang diberikan dosen kepada mahasiswanya dan manajer kepada
bawahannya, itu akan mendorong bawahan untuk menghasilkan yang terbaik dalam
pekerjaannya. Sebaliknya, jika seorang manajer tidak member penghargaan apapun
kepada bawahannya sedangkan bawahannya tersebut sudah melaksanakan tugasnya
dengan baik, maka semangat kerja bawahannya tersebut sedikit demi sedikit akan
menurun dan akan berakibat juga pada proses produktivitas.
B. Penutup
Demikian makalah ini kami susun
dengan masih banyak kekurangan di berbagai aspek dan isi. Penulis ucapkan
beribu maaf dan mohon masukannya dari para teman-teman pembaca. Dan tak lupa
penulis ucapkan banyak terima kasih.
CERITA MOTIVASI
Helen Adams Keller lahir di Tuscumbia,
Alabama, pada tanggal 27 Juni 1880, dia adalah putri dari Arthur H Keller dengan
istri keduanya Kate Adams. Sebenarnya Helen dilahirkan sebagai bayi
normal, dia mampu menirukan gerakan yang dilakukan oleh orang-orang
disekitarnya, seperti halnya bayi normal lainnya.
Perubahan drastis mulai terjadi ketika umurnya baru beranjak 19 bulan, Helen terjangkit penyakit yang menyerang perut dan otaknya, dan para dokter memperkirakan bahwa dia tidak akan bertahan hidup dalam waktu yang lama. Namun ternyata kenyataan berkata lain, Helen berhasil keluar dari keadaan kritis meskipun dia harus kehilangan dua hal yang sangat penting dalam kehidupannya, yaitu pendengaran dan penglihatannya. Sejak saat itu praktis Helen hidup dalam kegelapan dan kesunyian, hingga akhirnya ia mendapatkan secercah harapan ketika ia berumur 7 tahun.
Kedua orang tuanya mengutus seorang guru untuk melatih Helen, dia adalah Anne Mansfield Sullivan, seorang guru dari Institute Perkins, Boston. Ny. Sullivan mengubah kehidupan Hellen yang semula tidak mempunyai masa depan, menjadi seorang gadis yang mempunyai masa depan cerah seperti halnya gadis normal lainnya. Sebelumnya pada saat Helen masih berada dibawah pengawasan keluarganya, Helen hanya mampu berkomunikasi dengan gerakan yang sangat sederhana.
Namun ketika dia telah berada dibawah pengawasan Ny. Sullivan, Helen mulai belajar untuk membuat kata dari gerakan jari, Ny. Sullivan juga memberi tahu nama-nama benda yang ada disekitar Helen dengan menggunakan permainan jari, dan semenjak Helen didampingi oleh Ny.Sullivan, ia mulai mengerti bahwa segala sesuatunya memiliki nama. Caranya dengan menuliskan nama benda-benda itu di telapak tangan Helen. Usaha itu tidaklah semudah yang kita bayangkan. Sampai suatu ketika, Helen merasakan semburan air dari pompa air yang jatuh ke telapak tangannya. Lalu Anne segera menuliskan kata WATER di telapak tangan Helen. Ajaib, sejak saat itu Helen mampu mengingat dan mengenali benda-benda disekelilingnya dengan cepat sekalipun ia tak dapat melihat maupun mendengarnya.
Pelajaran selanjutnya yang diterima oleh Helen adalah membaca, Ny. Sullivan memperkenalkan Helen pada huruf latin dengan menggunakan kertas karton, dan berlanjut dengan mempelajari kata-kata melalui buku, bukan hanya itu saja, Ny. Sullivan juga memperkenalkan puisi dan cerita indah melalui gerakan jari, Helen juga mulai memperluas wawasannya untuk mengenal dunia dengan memberanikan diri melakukan petualangan di alam bebas dengan didampingi oleh Ny. Sullivan dan adiknya Mildred.
Hebatnya, meskipun punya kekurangan, tapi Helen bisa menunjukkan kelebihan yang dimilikinya. Helen hobi menulis dan menuangkan kisah hidupnya dalam sebuah buku. The Story of My Life, buku yang diterbitkan tahun 1903 ini, sampai sekarang sudah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Bukan cuma itu, kisah hidupnya pun dibuat menjadi film dan dipentaskan di teater Broadway.
Keinginan Helen untuk maju kian tidak terbendung, ia mulai ingin melakukan sesuatu yang sangat sulit dilakukan oleh seorang tunanetra dan tunarungu sekaligus, ia ingin belajar untuk berbicara, Helen terinspirasi oleh seorang gadis Norwegia bernama Ragnhild Kaata yang juga bisu dan tuli, namun ternyata sanggup untuk belajar berbicara.
Dibawah bimbingan Sarah Fuller, Helen mulai di perkenalkan pada suara, Ny. Fuller meletakkan tangan Helen diwajahnya dan membiarkan Helen mengetahui posisi bibir dan lidahnya ketika dia berbicara. Helen berusaha keras untuk mampu berbicara, ia mempunyai harapan bahwa suatu saat nanti orang-orang akan mengerti apa yang ingin dia katakan. Dibawah bimbingan Ny.Fuller kemampuan Helen mulai berkembang, dia tidak hanya belajar bagaimana membaca gerakan bibir, tapi ia juga belajar berbagai macam mata pelajaran seperti Arithmetic, fisika, geografi, bahasa perancis dan bahasa Jerman.
Sejak saat itu Helen mulai bercita-cita untuk mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Untuk menggapai cita-citanya itu, Helen harus melalui berbagai macam rintangan yang berat, mulai dari kesulitannya beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya yang notabene "orang normal", hingga kesangsian para guru akan kemampuannya mengikuti pelajaran seperti murid lainnya, tidak pernah menyurutkan niat Helen untuk terus maju menggapai impiannya.
Berkat bimbingan Ny. Sullivan dan orang-orang yang menyayanginya, Helen berhasil lulus hanya dalam 4 tahun dari universitas Radcliffe pada tahun 1904 dengan predikat magna cum laude. Dia tercatat sebagai orang buta dan tuli pertama yang sanggup menyelesaikan pendidikan hingga tingkat universitas, dan bukan hanya itu saja, Helen juga berhasil menjadi seorang penulis dan selalu aktif dalam kegiatan kemanusiaan untuk menolong orang-orang "kekurangan" seperti dirinya.
Helen memenangkan Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya "The World I Live In" dan "The Story of My Life" (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.
Mungkin kita tidak habis pikir, bagaimana bisa dengan keadaan buta dan tuli Helen bisa menjadi penulis. Bagaimana juga Helen bisa menjalani kehidupannya dalam kesendirian. Tanpa bisa mendengar suara apapun, tanpa melihat benda apa pun. Bayangkan bagaimana rasanya hidup di dunia yang sepertinya kosong, tanpa cahaya dan tanpa suara. Namun, kemauannya yang keras membuat Helen dapat bertahan hidup dan berhasil dalam kehidupannya.
Bagaimana dengan kita? Kita semua pasti punya kondisi fisik yang jauh lebih baik daripada Helen Keller, kita juga pasti diberi kemampuan yang lebih untuk mengembangkan talenta kita. Tapi seringkali yang kita lakukan adalah selalu berorientasi dengan apa yang tidak kita miliki dan selalu iri dengan keberhasilan orang lain. Kita selalu berpikir bahwa orang lain punya kelebihan yang jauh diatas kita, sehingga mereka berhasil. Kita tidak mulai bergerak untuk mengembangkan talenta yang kita miliki. Mulailah sesuatu dengan apa yang ada pada kita, bukan yang tidak ada pada kita.
Perubahan drastis mulai terjadi ketika umurnya baru beranjak 19 bulan, Helen terjangkit penyakit yang menyerang perut dan otaknya, dan para dokter memperkirakan bahwa dia tidak akan bertahan hidup dalam waktu yang lama. Namun ternyata kenyataan berkata lain, Helen berhasil keluar dari keadaan kritis meskipun dia harus kehilangan dua hal yang sangat penting dalam kehidupannya, yaitu pendengaran dan penglihatannya. Sejak saat itu praktis Helen hidup dalam kegelapan dan kesunyian, hingga akhirnya ia mendapatkan secercah harapan ketika ia berumur 7 tahun.
Kedua orang tuanya mengutus seorang guru untuk melatih Helen, dia adalah Anne Mansfield Sullivan, seorang guru dari Institute Perkins, Boston. Ny. Sullivan mengubah kehidupan Hellen yang semula tidak mempunyai masa depan, menjadi seorang gadis yang mempunyai masa depan cerah seperti halnya gadis normal lainnya. Sebelumnya pada saat Helen masih berada dibawah pengawasan keluarganya, Helen hanya mampu berkomunikasi dengan gerakan yang sangat sederhana.
Namun ketika dia telah berada dibawah pengawasan Ny. Sullivan, Helen mulai belajar untuk membuat kata dari gerakan jari, Ny. Sullivan juga memberi tahu nama-nama benda yang ada disekitar Helen dengan menggunakan permainan jari, dan semenjak Helen didampingi oleh Ny.Sullivan, ia mulai mengerti bahwa segala sesuatunya memiliki nama. Caranya dengan menuliskan nama benda-benda itu di telapak tangan Helen. Usaha itu tidaklah semudah yang kita bayangkan. Sampai suatu ketika, Helen merasakan semburan air dari pompa air yang jatuh ke telapak tangannya. Lalu Anne segera menuliskan kata WATER di telapak tangan Helen. Ajaib, sejak saat itu Helen mampu mengingat dan mengenali benda-benda disekelilingnya dengan cepat sekalipun ia tak dapat melihat maupun mendengarnya.
Pelajaran selanjutnya yang diterima oleh Helen adalah membaca, Ny. Sullivan memperkenalkan Helen pada huruf latin dengan menggunakan kertas karton, dan berlanjut dengan mempelajari kata-kata melalui buku, bukan hanya itu saja, Ny. Sullivan juga memperkenalkan puisi dan cerita indah melalui gerakan jari, Helen juga mulai memperluas wawasannya untuk mengenal dunia dengan memberanikan diri melakukan petualangan di alam bebas dengan didampingi oleh Ny. Sullivan dan adiknya Mildred.
Hebatnya, meskipun punya kekurangan, tapi Helen bisa menunjukkan kelebihan yang dimilikinya. Helen hobi menulis dan menuangkan kisah hidupnya dalam sebuah buku. The Story of My Life, buku yang diterbitkan tahun 1903 ini, sampai sekarang sudah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Bukan cuma itu, kisah hidupnya pun dibuat menjadi film dan dipentaskan di teater Broadway.
Keinginan Helen untuk maju kian tidak terbendung, ia mulai ingin melakukan sesuatu yang sangat sulit dilakukan oleh seorang tunanetra dan tunarungu sekaligus, ia ingin belajar untuk berbicara, Helen terinspirasi oleh seorang gadis Norwegia bernama Ragnhild Kaata yang juga bisu dan tuli, namun ternyata sanggup untuk belajar berbicara.
Dibawah bimbingan Sarah Fuller, Helen mulai di perkenalkan pada suara, Ny. Fuller meletakkan tangan Helen diwajahnya dan membiarkan Helen mengetahui posisi bibir dan lidahnya ketika dia berbicara. Helen berusaha keras untuk mampu berbicara, ia mempunyai harapan bahwa suatu saat nanti orang-orang akan mengerti apa yang ingin dia katakan. Dibawah bimbingan Ny.Fuller kemampuan Helen mulai berkembang, dia tidak hanya belajar bagaimana membaca gerakan bibir, tapi ia juga belajar berbagai macam mata pelajaran seperti Arithmetic, fisika, geografi, bahasa perancis dan bahasa Jerman.
Sejak saat itu Helen mulai bercita-cita untuk mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Untuk menggapai cita-citanya itu, Helen harus melalui berbagai macam rintangan yang berat, mulai dari kesulitannya beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya yang notabene "orang normal", hingga kesangsian para guru akan kemampuannya mengikuti pelajaran seperti murid lainnya, tidak pernah menyurutkan niat Helen untuk terus maju menggapai impiannya.
Berkat bimbingan Ny. Sullivan dan orang-orang yang menyayanginya, Helen berhasil lulus hanya dalam 4 tahun dari universitas Radcliffe pada tahun 1904 dengan predikat magna cum laude. Dia tercatat sebagai orang buta dan tuli pertama yang sanggup menyelesaikan pendidikan hingga tingkat universitas, dan bukan hanya itu saja, Helen juga berhasil menjadi seorang penulis dan selalu aktif dalam kegiatan kemanusiaan untuk menolong orang-orang "kekurangan" seperti dirinya.
Helen memenangkan Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya "The World I Live In" dan "The Story of My Life" (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.
Mungkin kita tidak habis pikir, bagaimana bisa dengan keadaan buta dan tuli Helen bisa menjadi penulis. Bagaimana juga Helen bisa menjalani kehidupannya dalam kesendirian. Tanpa bisa mendengar suara apapun, tanpa melihat benda apa pun. Bayangkan bagaimana rasanya hidup di dunia yang sepertinya kosong, tanpa cahaya dan tanpa suara. Namun, kemauannya yang keras membuat Helen dapat bertahan hidup dan berhasil dalam kehidupannya.
Bagaimana dengan kita? Kita semua pasti punya kondisi fisik yang jauh lebih baik daripada Helen Keller, kita juga pasti diberi kemampuan yang lebih untuk mengembangkan talenta kita. Tapi seringkali yang kita lakukan adalah selalu berorientasi dengan apa yang tidak kita miliki dan selalu iri dengan keberhasilan orang lain. Kita selalu berpikir bahwa orang lain punya kelebihan yang jauh diatas kita, sehingga mereka berhasil. Kita tidak mulai bergerak untuk mengembangkan talenta yang kita miliki. Mulailah sesuatu dengan apa yang ada pada kita, bukan yang tidak ada pada kita.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko,
T.Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta; BPFE.
Suharso,
Ana Ratnaningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang; Widya
Karya.
A.M
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta;
Rajawali Pers.
Griffin,
Ricky W,. Ronald J. Ebert. 2005. Bisnis. Jakarta; PT Indeks Gramedia.
SUMBER
http://www.al-ami.blogspot.com/2013/05/makalah-tentang-motivasi-dalam-manajemen.html
http://ceritamotivasimendidik.blogspot.com/2012/12/kisah-helen-keller.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar